Kamis, 24 Mei 2012
Rabu, 23 Mei 2012
inSOLUSI GALLERY
InSolusi Di Pos Belitung
Sejumlah daerah tujuan wisata seperti Bali, Yogyakarta, Bandung, Bogor serta sejumlah kota lainnya menggiatkan wisata jenis ini.
Trend kunjungan wisatawan mancanegara yang selalu mencari benda kerajinan tangan khas Indonesia menjadi salah satu faktor pendukung berkembangnya sektor ini secara khusus.
menurut Ari, di Galeri
Insolusi mengatakan, kebanyakan wisatawan mancanegara yang datang ke
Indonesia mencari produk-produk kerajinan yang masih menggunakan bahan
alami.
“Secara umum wisatawan
mancanegara kalau datang ke Indonesia itu 60 persen mereka mencari
handycraft, kalau yang 40 persen bisnis, sekolah dan sebagainya. Mereka
suka dengan produk-produk yang berbau alam dengan menggunakan berbagai
macam bahan alternatif dan seni kreatif,” kata Ari kepada Grup Bangka
Pos, Jumat (23/4).
Menurut Ari,
pengembangan wisata belanja erat kaitannya dengan para pengrajin dan
pengusaha kerajinan khas daerah. Kultur masyarakat Belitung yang tidak
terlalu dekat dengan kegiatan kerajinan tangan menjadi kendala dalam
pengembangan wisata belanja ini.
Ari menuturkan, ia
kadang masih kesulitan memenuhi suplai produk kerajinan khas Belitung
karena minimnya jumlah pengarajin yang ada di Belitung. “Saya harus
terjun langsung ke lapangan secara gerilya mencari para pengarajin. Saya
juga masih harus membina serta memotivasi mereka agar mau berproduksi
lagi,” kata Ari.
SEmentara itu Sofwan,
Kepala Bidang Pemasaran Wisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) Kabupaten Belitung mengatakan, walau belum maksimal,
pemerintah daerah sudah mulai merintis sektor belanja lewat pembangunan
Galeri KUMKM dan pasar seni di Tanjungpendam.
“Itu belum cukup. Kita
maunya sebuah pasar yang memang timbul dari masyarakat sendiri, contonya
daerah tujuan wisata kita seperti Tanjungkelayang, Tanjungtinggi belum
ada tempat orang berbelanja,” kata Sofwan saat ditemui diruang kerjanya.
Ia mengatakan, walau
belum pernah dilakukan secara formal, penyuluhan untuk memotivasi
masyarakat agar mau terjun di wisata belanja sudah dilakukan secara
personal oleh sebagian pegawai Disbudpar Kabupaten Belitung.
Menurut Sofwan
pengembangan wisata belanja tidak hanya bertumpu pada Disbudpar semata,
namun juga harus memiliki keterpaduan beberapa sektor. “Jadi dari
pemerintah itu ada keterpaduan pariwisata dan dinas perdagangan, selain
itu juga jasa-jasa usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata,” kata
sofwan.
Menurut dia, kegiatan
belanja bukanlah tujuan utama wisatawan datang ke Belitung, karena yang
diangkat Disbudbar adalah wisata alam dan budaya.
“Namun akhir dari
wisata itu adalah belanja. Kita belum mengembangkan wisata belanja
secara khusus, karena kita memang belum mampu membuat wisatawan datang
ke sini khusus untuk Berbelanja. Tetapi wisata belanja itu penting
karena akhir dari orang berkunjung itu adalah belanja,” tegas sofwan.
Wisata belanja di Kabupaten Belitung
potensial untuk dikembangkan karena hal ini menjadi daya tarik bagi
wisatawan untuk datang ke suatu daerah.Sejumlah daerah tujuan wisata
seperti Bali, Yogyakarta, Bandung, Bogor serta sejumlah kota lainnya
menggiatkan wisata jenis ini. Trend kunjungan wisatawan mancanegara yang
selalu mencari benda kerajinan tangan khas Indonesia menjadi salah satu
faktor pendukung berkembangnya sektor ini secara khusus.
menurut Ari, di Galeri Insolusi mengatakan, kebanyakan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia mencari produk-produk kerajinan yang masih menggunakan bahan alami.
“Secara umum wisatawan mancanegara kalau datang ke Indonesia itu 60 persen mereka mencari handycraft, kalau yang 40 persen bisnis, sekolah dan sebagainya. Mereka suka dengan produk-produk yang berbau alam dengan menggunakan berbagai macam bahan alternatif dan seni kreatif,” kata Ari kepada Grup Bangka Pos, Jumat (23/4).
Menurut Ari, pengembangan wisata belanja erat kaitannya dengan para pengrajin dan pengusaha kerajinan khas daerah. Kultur masyarakat Belitung yang tidak terlalu dekat dengan kegiatan kerajinan tangan menjadi kendala dalam pengembangan wisata belanja ini.
Ari menuturkan, ia kadang masih kesulitan memenuhi suplai produk kerajinan khas Belitung karena minimnya jumlah pengarajin yang ada di Belitung. “Saya harus terjun langsung ke lapangan secara gerilya mencari para pengarajin. Saya juga masih harus membina serta memotivasi mereka agar mau berproduksi lagi,” kata Ari.
SEmentara itu Sofwan, Kepala Bidang Pemasaran Wisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Belitung mengatakan, walau belum maksimal, pemerintah daerah sudah mulai merintis sektor belanja lewat pembangunan Galeri KUMKM dan pasar seni di Tanjungpendam.
“Itu belum cukup. Kita maunya sebuah pasar yang memang timbul dari masyarakat sendiri, contonya daerah tujuan wisata kita seperti Tanjungkelayang, Tanjungtinggi belum ada tempat orang berbelanja,” kata Sofwan saat ditemui diruang kerjanya.
Ia mengatakan, walau belum pernah dilakukan secara formal, penyuluhan untuk memotivasi masyarakat agar mau terjun di wisata belanja sudah dilakukan secara personal oleh sebagian pegawai Disbudpar Kabupaten Belitung.
Menurut Sofwan pengembangan wisata belanja tidak hanya bertumpu pada Disbudpar semata, namun juga harus memiliki keterpaduan beberapa sektor. “Jadi dari pemerintah itu ada keterpaduan pariwisata dan dinas perdagangan, selain itu juga jasa-jasa usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata,” kata sofwan.
Menurut dia, kegiatan belanja bukanlah tujuan utama wisatawan datang ke Belitung, karena yang diangkat Disbudbar adalah wisata alam dan budaya.
“Namun akhir dari wisata itu adalah belanja. Kita belum mengembangkan wisata belanja secara khusus, karena kita memang belum mampu membuat wisatawan datang ke sini khusus untuk Berbelanja. Tetapi wisata belanja itu penting karena akhir dari orang berkunjung itu adalah belanja,” tegas sofwan.
menurut Ari, di Galeri Insolusi mengatakan, kebanyakan wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia mencari produk-produk kerajinan yang masih menggunakan bahan alami.
“Secara umum wisatawan mancanegara kalau datang ke Indonesia itu 60 persen mereka mencari handycraft, kalau yang 40 persen bisnis, sekolah dan sebagainya. Mereka suka dengan produk-produk yang berbau alam dengan menggunakan berbagai macam bahan alternatif dan seni kreatif,” kata Ari kepada Grup Bangka Pos, Jumat (23/4).
Menurut Ari, pengembangan wisata belanja erat kaitannya dengan para pengrajin dan pengusaha kerajinan khas daerah. Kultur masyarakat Belitung yang tidak terlalu dekat dengan kegiatan kerajinan tangan menjadi kendala dalam pengembangan wisata belanja ini.
Ari menuturkan, ia kadang masih kesulitan memenuhi suplai produk kerajinan khas Belitung karena minimnya jumlah pengarajin yang ada di Belitung. “Saya harus terjun langsung ke lapangan secara gerilya mencari para pengarajin. Saya juga masih harus membina serta memotivasi mereka agar mau berproduksi lagi,” kata Ari.
SEmentara itu Sofwan, Kepala Bidang Pemasaran Wisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Belitung mengatakan, walau belum maksimal, pemerintah daerah sudah mulai merintis sektor belanja lewat pembangunan Galeri KUMKM dan pasar seni di Tanjungpendam.
“Itu belum cukup. Kita maunya sebuah pasar yang memang timbul dari masyarakat sendiri, contonya daerah tujuan wisata kita seperti Tanjungkelayang, Tanjungtinggi belum ada tempat orang berbelanja,” kata Sofwan saat ditemui diruang kerjanya.
Ia mengatakan, walau belum pernah dilakukan secara formal, penyuluhan untuk memotivasi masyarakat agar mau terjun di wisata belanja sudah dilakukan secara personal oleh sebagian pegawai Disbudpar Kabupaten Belitung.
Menurut Sofwan pengembangan wisata belanja tidak hanya bertumpu pada Disbudpar semata, namun juga harus memiliki keterpaduan beberapa sektor. “Jadi dari pemerintah itu ada keterpaduan pariwisata dan dinas perdagangan, selain itu juga jasa-jasa usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata,” kata sofwan.
Menurut dia, kegiatan belanja bukanlah tujuan utama wisatawan datang ke Belitung, karena yang diangkat Disbudbar adalah wisata alam dan budaya.
“Namun akhir dari wisata itu adalah belanja. Kita belum mengembangkan wisata belanja secara khusus, karena kita memang belum mampu membuat wisatawan datang ke sini khusus untuk Berbelanja. Tetapi wisata belanja itu penting karena akhir dari orang berkunjung itu adalah belanja,” tegas sofwan.
Langganan:
Postingan (Atom)